MamiraID - Talango merupakan nama kecamatan yang berada di wilayah Kabupaten Sumenep. Daerah ini terletak di pulau kecil bernama Poteran, Kecamatan Talango terdiri dari delapan desa yakni, Desa Ta
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. PendahuluanIslam merupakan salah satu agama terbesar didunia. Dari sekian banyak negara di dunia, Indonesia adalah salah satu negara dengan pemeluk agama Islam terbanyak. Bahkan, populasi muslim di Indonesia melebihi Arab yang merupakan negara pertama penyebar agama Islam. Penyebaran agama Islam di Indonesia dimulai pada abad ke-7 M. Ada pendapat lain yang mengatakan bahwa pada abad ke-13 M Islam masuk ke Indonesia.[1]Dalam penyebaran agama Islam di Indonesia khususnya di pulau jawa, terdapat kelompok yang sangat berpengaruh di dalamnya. Mereka dikenal dengan sebutan Wali Songo. Pulau Madura adalah salah satu pulau yang mayoritas penduduknya beragama islam. Maka tidak heran jika penyebaran Islam di Madura selalu dikaitkan dengan penyebaran Islam di Jawa.[2] Sekitar tahun 900 M - 1500 M, sebelum Islam datang ke Madura, hegemoni dari dinasti kerajaan Hindu berlang lama di wilayah ini.[3] Maka tidak heran jika sebagian wilayah madura terdapat sejumlah peninggalan-peninggalan contohnya seperti candi dan vihara. Artikel ini sepenuhnya terfokus pada keberadaan Asta Sayyid Yusuf, yang mana dalam hal ini sangat menarik untuk mengetahui pengaruh yang ditimbulkan dari adanya Asta tersebut terhadap kehidupan sosial budaya masyarakat sekitar. Asal Usul Asta Sayyid YusufDi sebuah pulau dalam gugusan Kabupaten Sumenep Madura terdapat salah seorang tokoh Islamisasi yang terkenal yaitu Sayyid Yusuf. Meskipun demikian, masih sedikit sekali informasi yang tersedia mengenai sosok satu ini. Astanya berada di Pulau Poteran tepatnya di Desa Talango yang sampai tulisan ini dibaca oleh pembaca tetap menjadi misteri dan banyak adalah kabupaten paling ujung timur di pulau garam. Uniknya, selain memiliki daratan, kabupaten ini juga memiliki banyak kepulauan. Ada sekitar 126 pulau yang tersebar di kabupaten Sumenep yang terletak diantara 11332'54" - 11616'48" bujur timur dan 455' - 724' lintang selatan. Pulau Poteran adalah salah satu pulau di kabupaten Sumenep tetapi pulau tersebut lebih masyhur dikenal dengan sebutan pulau Talango. Pulau ini memiliki delapan Desa yang penduduknya mayoritas muslim. Bahkan, bisa dikatakan semua masyarakat di pulau ini adalah seorang muslim karena saya sendiri tidak pernah menemukan tempat ibadah ataupun kegiatan keagamaan selain kegiatan keagamaan agama Islam. Bisa jadi hal tesebut adalah berkat Sayyid Yusuf, sosok tokoh Islamisasi di Pulau sangat masyhur. Terbukti, banyak sekali orang datang berbondong-bondong untuk ziarah ke Astanya. Dan tidak sedikit pula dari mereka adalah orang-orang dari luar pulau Madura. Hal tersebut adalah bukti bahwa beliau ini memang sosok manusia yang mulia di hadapan-Nya. Anehnya, kuburan beliau bukan hanya satu-satunya di pulau Poteran. Akan tetapi, ada sekitar lima kuburan yang tersebar di belahan dunia. Di antaranya adalah daerah Banten, Srilanka, dan Afrika Selatan. Namun dibalik terkenalnya beliau tidak ada sejarah khusus yang menjelaskan tenntang bagaimana sosok Sayyid Yusuf ini mengislamkan atau menyebar luaskan agama Islam kepada masyarakat yang bermukim di pulau tersebut. Sejarah beliau hanya di singgung sedikit di dalam buku. Salah satunya adalah buku Babad Soengenep. Yang mana buku tersebut merupakan peninggalan salah satu tokoh Keraton Sumenep yang memuat perjalanan Kabupaten di ujung timur Pulau Garam. Buku tersebut ditulis oleh salah seorang jenius yang bernama Raden Werdisastro. Jarak asta beliau dengam pelabuhan Talango kurang lebih 500 M, tepatnya terletak pada perbatasan Desa Padike dan Desa Talango. Kuburan beliau pertama kali ditemukan oleh Sri Sulatan Abdur Rahman Pakutaningrat I yang merupakan salah satu raja Sumenep dari tahun 1811 - 1854. Sri Sultan menemukan kuburan Sayyid Yusuf pada saat melakukan perjalanan menuju Bali untuk menyebar agama Islam. Setelah sampai di pelabuhan Kalianget hari sudah mulai petang dan Sri Sultan memilih untuk beristirahat disana. Pada malam harinya, Sri Sultan di kagetkan dengan sebuah cahaya yang terang terjatuh di pulau seberang yaitu pulau Poteran. Dikarenakan Sri Sultan merasa penasaran, setelah sholat subuh, beliau bersama rombongan langsung berangkat menyebrang ke pulau Poteran dengan jarak tempuh kurang lebih 10 menit dari pelabuhan beliau di pulau tersebut lalu Sri Sultan mengikuti cahaya itu untuk mencari tanda dimana jatuhnya cahaya tadi walaupun harus masuk ke tengah hutan. Sesampainya di tempat jatuhnya cahaya tersebut, Sri Sultan meyakini bahwa tempat tersebut adalah kuburan auliya'. Kemudian Sri Sultan mengucapkan salam, lalu tiba-tiba terdengar ada suara yang menjawab salam Sri Sultan tanpa menampakkan wujudnya. Untuk mengetahui darimana suara tersebut, lalu Sri Sultan bermunajat kepada Allah SWT sehingga tidak lama kemudian ada petunjuk dengan jatuhnya selembar daun sukun di pangkuan Sri Sultan. Setelah diperhatikan daun tersebut bertuliskan Arab "Hadza Maulana Sayyid Yusuf bin Ali bin Abdullah Al-Hasani". Perlu diketahui, bahwa di wilayah Asta Sayyid Yusuf, para peziarah tidak akan menemukan pohon sukun. Setelah itu, Sri Sultan memberikan batu nisan dan memberi tulisan sesuai dengan petunjuk yang di dapatkan dari selembar daun tersebut. Tidak hanya itu, Sri Sultan lalu membuatkan congkop. Akan tetapi, Sayyid Yusuf ini seolah-olah memberikan isyarat bahwa dirinya tidak berkenan jika kuburannya diberikan congkop. Oleh karena itu, kuburan tersebut keluar sendiri dari congkop yang sudah dibuatkan oleh Sri Sultan dan sampai sekarang Asta tersebut tidak Sri Sultan melanjutkan perjalanannya ke pulau Dewata, Sri Sultan menancapkan sebuah tongkat tepat di sebelah timur Asta Sayyid Yusuf. Hingga saat ini tongkat tesebut menjadi pohon yang sangat besar, lalu pohon tersebut biasa disebut pohon nanggher oleh masyarakat setempat. Usia dari pohon itu sendiri sampai sekarang yaitu sudah 3 abad lebih. Menurut keyakinan masyarakat setempat, pohon tersebut tidak bisa di tumbangkan. Walaupun pernah ada orang yang pernah mencoba untuk merobohkannya, akan tetapi usahanya berakhir sia-sia. 1 2 3 Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
LebaranKetupat, Makam Sayyid Yusuf Talango Dipadati Peziarah PortalMadura.Com, Sumenep - Pada momentum lebaran ketupat (hari ke 7 lebaran Idul Fitr), wisata religi makam (asta) Sayyid Yusuf di Kecamatan Talango (Pulau Poteran), Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur, dipadati peziarah, Jum'at (24/7/2015).
– Talango merupakan nama kecamatan yang berada di wilayah Kabupaten Sumenep. Daerah ini terletak di pulau kecil bernama Poteran, Kecamatan Talango terdiri dari delapan desa yakni, Desa Talango, Padike, Gapurana, Cabbiye, Essang, Palasa, Kombeng dan desa terakhir Desa Poteran. Pulau yang letaknya di sebelah tenggara Pulau Madura ini mempunya luas mencapai 49,8 kilometer persegi. Pulau Poteran menyimpan banyak kekayaan sumberdaya hayati dan non hayati, disana terdapat terumbu karang tepi Fringing reef dan pertambangan non ekstraktif. Selain eksotisme terumbu karang, kecantikan pulau ini semakin mempesona dengan adanya tumbuhan Lamun. Lamun adalah tumbuhan berbunga yang dapat tumbuh dengan baik dalam lingkungan laut dangkal. Selain terdapat ekosistem dan banyak meyimpan kekayaan alam, Pulau Poteran menyedot perhatian banyak orang dari berbagai penjuru nusantara, maka tak heran jika Pelabuhan Kalianget yang menjadi satu-satunya akses menuju pulau kecil ini selalu ramai dengan orang yang keluar-masuk menuju pulau yang memiliki sumur ini. Hal yang menjadi magnet banyak orang mengunjungi pulau ini karena adanya makam atau asta keramat yang terletak di Desa Padike. Makam ini ramai oleh peziarah setiap harinya yang datang dari berbagai daerah di Indonesia dan bahkan juga manca negara. “Sayyid Yusuf bin Ali bin Abdullah Al-Hasani”, begitu sejarah menyebut nama beliau yang dikenal masyarakat luas hingga saat ini. Ada secarik kisah yang unik dari sejarah makam Sayyid Yusuf, berawal dari Raja Sri Sultan Abdurrahman Pakunataningrat yang sedang melakukan perjalanan bersama para prajuritnya menuju pulau Dewata, Bali pada 230 tahun silam, tepatnya pada tahun 1212 H atau 1791 M dengan tujuan menyebarkan agama Islam disana. “Di tengah perjalanan, Raja Sri Sultan Abdurrahman Pakunataningrat beserta para prajuritnya berlabuh di pelabuhan Kalianget dan hendak beristirahat karena kelelahan. Saat beristirahat, Raja Sri Sultan Abdurrahman Pakunataningrat tidak sengaja menemukan Makam Kuno Pasarean yang tidak terawat dan tidak ada penjelasan pasti,” kata Abdullah Kamal, salah satu penjaga Makam Sayyid Yusuf, 26/05/202. Kemudian, ditengah rasa penasaran dan ketidaktauannya, Raja Sumenep ini berdoa kepada Allah SWT untuk diberikan petunjuk. Doa sang raja diijabah Allah SWT, lalu muncullah cahaya yang terang luar biasa dari ilalang sampai ke langit, Raja Sri Sultan Abdurrahman Pakunataningrat kemudian mendatangi sumber cahaya tersebut. “Di tempat yang mengeluarkan cahaya tersebut terdapat daun sukun yang bertuliskan Sayyid Yusuf bin Ali bin Abdullah Al-Hasani. Dan pada saat itu juga Raja Sri Sultan Abdurrahman Pakunataningrat menuliskan nama pada batu nisan itu sesuai dengan tulisan pada daun sukun tersebut,” ujarnya Aneh memang, daerah yang tidak ditumbuhi pohon sukun, bisa terdapat daun sukun disana yang bertuliskan nama seorang wali ditengah rasa kebingungan Raja Sumenep saat itu. “Itulah keajaiban yang tertulis dalam sejarah makam Sayyid Yusuf dan masih dipercaya oleh masyarakat luas hingga saat ini, dan para peziarah juga tidak akan menemukan pohon sukun,” tambah Abdullah Kamal. Selain di Kecamatan Talango, Sumenep, Madura, makam Sayyid Yusuf juga terdapat di wilayah berbeda, bahkan ada yang terletak di benua Afrika. Antara lain terdapat di Banten, Caylon di Srilanka dan Kampung Macasar di Afrika Selatan. Berikut foto silsilah Sayyid Yusuf bin Ali bin Abdullah Al-Hasani Ket. Foto Silsilah Sayyid Yusuf bin Ali bin Abdullah Al-Hasani. Halaman 1 2
NewsSatu, Sumenep, Senin 30 November 2020- Asta Sayyid Yusuf merupakan sebuah wisata religi di Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur, yang terus dibanjiri para peziarah, baik lokal maupun hingga luar daerah Sumenep.
Opini Yant Kaiy Sekitar tahun 1996, ketika saya menjadi redaktur di salah satu koran harian pagi di Jakarta Selatan, saya punya teman penyanyi cowok berasal dari Kota Bandar Lampung. Dia bercerita kalau pernah ke Kabupaten Sumenep, berziarah kubur ke makam Sayyid Yusuf di Pulau Talango Sumenep. Tidak hanya sekali, tapi sudah menjadi agenda tahunan. Dia mengilustrasikan suasana kuburan Sayyid Yusuf Talango-Sumenep cukup detail kepada saya. Sontak saya menjadi malu dibuatnya. Sebagai orang kelahiran Sumenep tidak tahu keberadaan makam yang ditemukan oleh Raja Sumenep Sri Sultan Abdurrahman Pangkutaningrat pada tahun 1212 Hijriah ini. Saya katakan sebenarnya kalau tempat tinggal saya berjarak 60 km ke kuburan Sayyid Yusuf, yaitu Kecamatan Pasongsongan-Sumenep. Anak Bandar Lampung ini pernah mengimpikan kalau suatu saat nanti akan ada jembatan yang menghubungkan Pelabuhan Kalianget dengan Pulau Talango. Menurutnya biar masyarakat yang berziarah dari luar kota tidak “jera” mengunjunginya kembali. Kalau bisa mudah berziarah kan lebih enak, ujarnya kepada saya di kantor redaksi 23 tahun silam. Lain cerita cowok Bandar Lampung yang membikin saya jadi malu, pada tahun 1998 saya ikut artis penyanyi dan pencipta lagu ke Rangkasbitung. Orang tua artis itu bertanya tentang kuburan Sayyid Yusuf kepada saya. Ketika itu sebelumnya saya sudah pernah ke Pulau Talango-Sumenep, jadi saya lancar saja ketika ia tanya ini dan itu. Dia beropini, kalau saja ada jembatan penghubung Pelabuhan Kalianget dan Pulau Talango tentu masyarakatnya akan sejahtera. Pemerintah Daerah pun akan memetik hasilnya, imbuhnya sambil menghidangkan kopi hangat kapada saya. Orang tua artis itu bercerita, kalau ia dan rombongan setelah ziarah walisongo biasanya ditutup dengan ziarah ke Sayyid Yusuf di Pulau Madura. Saya menghitung pertemuan itu sudah 21 tahun yang lalu. Jujur saja, sebenarnya saya sangat bangga Pulau Talango menjadi destinasi wisata religi utama selain Asta Tinggi, tempat makam para Raja Sumenep. Terlepas dari pro-kontra tentang pembangunan jembatan penghubung tersebut, saya ketika hari Selasa 12/11/2019 kemarin ziarah kubur ke Sayyid Yusuf, saya pun sempat mengimpikan jembatan penghubung itu. Karena harus berdesak-desakan dengan penumpang kapal penyeberangan karena hanya satu kapal yang beroperasi. Kalau orang Bandar Lampung dan Rangkasbitung teman saya saja ikut peduli, masak orang Sumenep tidak lebih dari mereka rasa pedulinya. Lantas bagaimana dengan Pemkab Sumenep?
AssalamualikumWr. Wb.Video Perjalanan wisata religi ziarah ke makam syech sayyid yusuf talango kalianget sumenep madura diabadikan pada tanggal 26 oktober 2
Home Jawa Timur Minggu, 09 April 2023 - 0836 WIBloading... Asta Tinggi dalam Bahasa Madura disebut dengan Asta Raja atau makam Pangradja, baik dari keturunan maupun kerabatnya. A A A SUMENEP - Berbagai wisata religi di Kabupaten Sumenep, Jawa Timur bisa dikunjungi wisatawan selama Ramadan. Di tempat wisata ini bisa menghabiskan waktu menunggu waktu berbuka wisatawan akan berziarah kubur dan menikmati pemandangan tempat-tempat bersejarah di ujung pulau Madura itu. Beberapa wisata religi populer di Sumenep itu antara lain Asta Tinggi, Asta Sayyid Yusuf, dan Masjid Agung Asta Tinggi SumenepAsta Tinggi terletak di dataran tinggi, tepatnya di Jalan Asta Tinggi, Temor Lorong, Kebunagung, Kecamatan Kota Sumenep, Kabupaten Sumenep. Dalam bahasa Madura, Asta Tinggi juga disebut dengan Asta Raja atau makam Pangradja, baik dari keturunan maupun kerabatnya. Makam tersebut milik Pangeran Anggadipa dan menjadi makam pertama di kompleks pemakaman Asta Tinggi. Pangeran Anggadipa merupakan putra dari Adipati Jepara yang diutus oleh kerajaan Mataram untuk menjaga dan mengatur pemerintahan kerajaan Sumenep ketika terjadi kekosongan Asta Tinggi dibangun sekitar tahun 1750 Masehi dengan areal kompleks makam berukuruan 112,2 meter x 109,25 meter. Kawasan pemakaman Asta Tinggi rencana awalnya dibuat oleh Panembahan Somala dan dilanjutkan oleh Sultan Abdurrahman Pakunataningrat I dan Panembahan Natakusuma II. Selain sebagai peristirahatan terakhir raja-raja dari dinasti kerajaan Sumenep dan keturunannya, Asta Tinggi ini juga menyimpan banyak sejarah dan hal menarik dibaliknya. Diantaranya adanya empat kubah besar yang menaungi makam dan menjadi ikon utamanya yang disebut Asta Induk. Setiap kubah tersebut menjadi tempat peristirahatan terakhir raja-raja dari dinasti Sumenep beserta istri-istrinya. Yaitu Kubah Pangeran Panji Pulang Jiwo, Kubah Panembahan Sumolo, Kubah Tumenggung Tirtonegoro, Kubah Pangeran Djimat alias Pangeran Akhmad atau Kanjeng Aryo itu arsitektur bangunan yang ada di makam tersebut dipengaruhi oleh kebudayaan Belanda, Arab, China maupun Jawa. Namun yang masih nampak menonjol adalah kebudayaan Hindu. Ziarah ke Asta Tinggi Sumenep itu selain sebagai wisata spiritual tetapi juga bernilai sejarah yang sangat kental. 2. Asta Sayyid Yusuf TalangoDi kabupaten Sumenep juga terdapat Asta Sayyid Yusuf. Letaknya di kepulauan Poteran, kecamatan Talango. Sebagian masyarakat menamakan tempat itu dengan Asta Sayyid Yusuf Talango. Asta Sayyid Yusuf adalah makam seorang ulama sufi bernama Syekh Yusuf al-Makassari yang dikenal sebagai mursyid atau pembimbing tarekat yang hendak menuju ke Asta Sayyid Yusuf, akan menyeberangi lautan dengan menggunakan perahu yang disediakan oleh dinas perhubungan. Letaknya berjakarak 11 kilometer km dari Kota Sumenep menuju pulau Talango. wisata religi sumenep ramadan pariwisata pulau madura Baca Berita Terkait Lainnya Berita Terkini More 11 menit yang lalu 20 menit yang lalu 22 menit yang lalu 1 jam yang lalu 1 jam yang lalu 2 jam yang lalu
AstaSayyid Yusuf adalah wisata ziarah makam salah satu penyebar agama islam di Sumenep. Lokasi makam ini terletak di desa Talango, kecamatan Talango dan harus dilalui dengan menggunakan perahu sebelum sampai ke lokasi makam. Makam Sayyid Yusuf ini tidak pernah sepi dari peziarah, dan akan semakin ramai saat hari Jumat.

Letaknyaberjakarak 11 kilo meter dari Kota Sumenep menuju pulau Talango. Menurut cerita secara turun temurun, asal mula makam Sayyid Yusuf bermula pada tahun 1212 H atau 1791 M saat Raja Sri Sultan Abdurrahman Pakutaningrat beserta rombongan dan prajuritnya berangkat dari keraton demi menyebarluaskan agama Islam di Bali.

SayyidYusuf dikenal sebagai salah seorang tokoh Islamisasi di sebuah pulau dalam gugusan Kabupaten Sumenep Madura. Sayyid Yusuf dikenal sebagai salah seorang tokoh Islamisasi di sebuah pulau dalam gugusan Kabupaten Sumenep Madura. Namun demikian, masih sedikit sekali Jump to. Sections of this page. Accessibility Help. Press alt + / to
Adasecarik kisah yang unik dari sejarah makam Sayyid Yusuf, berawal dari Raja Sri Sultan Abdurrahman Pakunataningrat yang sedang melakukan perjalanan bersama para prajuritnya menuju pulau Dewata, Bali pada 230 tahun silam, tepatnya pada tahun 1212 H atau 1791 M dengan tujuan menyebarkan agama Islam disana.
PesareanSayyid Yusuf Tlango ditemukan oleh Sri Sultan Abdurrahman dimana beliau adalah seorang Sultan yang berkuasa di kabupaten Sumenep dari tahun 1811-1854, putra Panembahan Somala atau Panembahan Notokusumo Asiruddin, dan kakeknya bernama Bendara Mohammad Sa'ud (R.Tmg. Tirtonegoro Moh. Sa'ud) Sumenep yang berkuasa pada Tahun 1750-1762 M).
BUDAYA SINERGI MADURA - Pulau Talango, di Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur menjadi magnet para wisatawan dari berbagai daerah di Indonesia dan juga Kisah Penemuan Asta Yusuf Talango Madura yang Tak Pernah Sepi Peziarah. Redaksi - Sikeris, Budaya. 24 Oktober 2021. Komentar. Bagikan; Asta Sayyid Suyud Talango, Sumenep, Madura (SC.YT DiIndonesia terdapat tradisi dalam masyarakat umat islam yaitu Haul. Apa itu haul ? Menurut KBBI kata haul berarti " Peringatan hari wafat seseorang GhpXkt9.
  • 43myakc5z8.pages.dev/31
  • 43myakc5z8.pages.dev/216
  • 43myakc5z8.pages.dev/734
  • 43myakc5z8.pages.dev/561
  • 43myakc5z8.pages.dev/432
  • 43myakc5z8.pages.dev/139
  • 43myakc5z8.pages.dev/264
  • 43myakc5z8.pages.dev/384
  • sejarah sayyid yusuf talango sumenep